KEPEMIMPINAN VISIONER DAN TRANSFORMASIONAL
BAB I
PENDAHULUAN
Gejolak
perubahan yang berlangsung secara cepat mengakibatkan kesementaraan menjadi
sifat hakiki dari kegiatan usaha di masa depan. Berbagai kegiatan menghadapi
berbagai kondisi paradoksial yang penuh ketidakpastian. Organisasi-organisasi,
perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga di seluruh dunia dirongrong oleh
faktor-faktor eksternal yang memaksa mereka untuk berubah secara drastis.
Inisiatif untuk melakukan perubahan dengan
berbagai upaya sistematik, banyak dilakukan perusahaan, organisasi maupun
lembaga. Hasil dari upaya-upaya ini banyak yang berhasil, namun banyak pula
yang gagal. Salah satu penentu yang menyebabkan berhasil atau tidaknya suatu
organisasi adalah masalah kepemimpinan.
Kepemimpinan
merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini
didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang
pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan
merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi (Suarjaya dan
Akib, Usahawan bulan Nopember 2003: 42). Lebih dari itu, kepemimpinan dan
peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta
kematian organisasi.
Pemimpin yang
memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya
organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang
senantiasa mengalami perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya
merupakan karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif, kreatif, inovatif
dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang dibutuhkan sebagai
pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan
visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa.
Dalam makalah yang ringkas ini, hanya
akan membahas pengertian dan karakteristik
serta langkah-langkah strategis kepemimpinan visioner dan
transformasional yang merujuk kepada pendapat para ahli.
BAB
II
PEMBAHASAN MASALAH
A.
Pengertian kepemimpinan visioner dan
trasformasional.
Ada beberapa
pengertian kepemimpinan visioner menurut para ahli, diantaranya :
Seth Kahan (2002), menjelaskan bahwa
kepemimpinan visioner melibatkan kesanggupan, kemampuan, kepiawaian yang luar
biasa untuk menawarkan kesuksesan dan kejayaan di masa depan. Seorang pemimpin
yang visioner mampu mengantisipasi segala kejadian yang mungkin timbul,
mengelola masa depan dan mendorong orang lain utuk berbuat dengan cara-cara
yang tepat. Hal itu berarti, pemimpin yang visioner mampu melihat tantangan dan
peluang sebelum keduanya terjadi sambil kemudian memposisikan organisasi
mencapai tujuan-tujuan terbaiknya.
Corinne McLaughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi.Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.
Corinne McLaughlin (2001) mendefinisikan pemimpin yang visioner (Visionary leaders) adalah mereka yang mampu membangun ‘fajar baru’ (a new dawn) bekerja dengan intuisi dan imajinasi, penghayatan, dan boldness. Mereka menghadirkan tantangan sebagai upaya memberikan yang terbaik untuk organisasi dan menjadikannya sebagai sesuatu yang menggugah untuk mencapai tujuan organisasi. Mereka bekerja dengan kekuatan penuh dan tercerahkan dengan tujuan-tujuan yang lebih tinggi.Pandangannya jauh ke depan. Mereka adalah para social innovator, agen perubah, memandang sesuatu dengan utuh (big picture) dan selalu berfikir strategis.
Kepemimpinan
visioner, adalah pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja
dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para anggota organisasi dengan
cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan
visi yang jelas (Diana Kartanegara, 2003).
Visi
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang ingin dicapai secara ideal dari
seluruh aktivitas. Visi juga dapat diartikan sebagai gambaran mental tentang
sesuatu yang ingin dicapai di masa depan.
Model kepemimpinan
transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi
kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit
mendefinisikan kepemimpinan transformasional.
Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya
menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan
tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional
harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi
organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas
pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of
transformational leadership involve strong personal identification with the
leader, joining in a shared vision of the future, or going beyond the
self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian,
pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai
peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya.
Pemimpin transformasional juga harus mempunyai kemampuan untuk menyamakan visi
masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat
yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan
Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya
melakukan tugas-tugas mereka melebihi keinginan mereka sendiri demi kepentingan
organisasi yang lebih besar.
Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.
Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.
Dari uraian di atas penulis
memandang bahwa kepemimpinan yang visioner
dan transformasional merupakan kepemimpinan yang mampu mengembangkan
intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia
memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui
serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan
pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang
dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumber daya yang
dimilikinya.
B. Karakteristik pemimpin visioner dan
transformasional
Kepemimpinan visioner
memiliki ciri-ciri yang menggambarkan segala sikap dan perilakunya yang
menunjukkan kepemimpinannya yang berorientasi kepada pencapaian visi, jauh
memandang ke depan dan terbiasa menghadapi segala tantangan dan resiko.
Diantara cirri-ciri utama kepemimpinan visioner adalah:
1. Berwawasan ke masa depan, bertindak sebagai
motivator, berorientasi pada the best performance
untuk pemberdayaan, kesanggupan untuk memberikan arahan konkrit yang sistematis.
2. Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka
3. Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi[5]
4. Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola ‘mimpi’ menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah, bergerak ke ‘new place’,[6] . Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan kondisi yang lebih baik.
5. Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat commited terhadap visi tersebut[7].
6. Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diykininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energy, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. Menjadi orang yang terdepan dan pertama dalam menerapkan nilai-nilai luhur, sebagimana yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi: “I must first be the change I want to see in my world.”
7. Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan ‘hangat’ layaknya keluarga. Sangat responsive terhadap segala kebutuhan orang lain dan membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka
8. Innovative dan proaktif dalam menemukan ‘dunia baru’. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. (‘out-box thinking’). Lebih bersikap atisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian. Berupaya sedapat mungkin menggunakan pendekatan ‘win-win’ ketimbang ‘win-lose’.
2. Berani bertindak dalam meraih tujuan, penuh percaya diri, tidak peragu dan selalu siap menghadapi resiko. Pada saat yang bersamaan, pemimpin visioner juga menunjukkan perhitungan yang cermat, teliti dan akurat. Memandang sumber daya, terutama sumberdaya manusia sebagai asset yang sangat berharga dan memberikan perhatian dan perlindungan yang baik terhadap mereka
3. Mampu menggalang orang lain untuk kerja keras dan kerjasama dalam menggapai tujuan, menjadi model (teladan) yang secara konsisten menunjukkan nilai-nilai kepemimpinannya, memberikan umpan balik positif, selalu menghargai kerja keras dan prestasi yang ditunjukkan oleh siapun yang telah memberi kontribusi[5]
4. Mampu merumuskan visi yang jelas, inspirasional dan menggugah, mengelola ‘mimpi’ menjadi kenyataan, mengajak orang lain untuk berubah, bergerak ke ‘new place’,[6] . Mampu memberi inspirasi, memotivasi orang lain untuk bekerja lebih kreatif dan bekerja lebih keras untuk mendapatkan situsi dan kondisi yang lebih baik.
5. Mampu mengubah visi ke dalam aksi, menjelaskan dengan baik maksud visi kepada orang lain, dan secara pribadi sangat commited terhadap visi tersebut[7].
6. Berpegang erat kepada nilai-niliai spiritual yang diykininya. Memiliki integritas kepribadian yang kuat, memancarkan energy, vitalitas dan kemauan yang membara untuk selalu berdiri pada posisi yang segaris dengan nilai-nilai spiritual. Menjadi orang yang terdepan dan pertama dalam menerapkan nilai-nilai luhur, sebagimana yang diungkapkan oleh Mahatma Gandhi: “I must first be the change I want to see in my world.”
7. Membangun hubungan (relationship) secara efektif, memberi penghargaan dan respek. Sangat peduli kepada orang lain (bawahan), memandang orang lain sebagai asset berharga yang harus di perhatikan, memperlakukan mereka dengan baik dan ‘hangat’ layaknya keluarga. Sangat responsive terhadap segala kebutuhan orang lain dan membantu mereka berkembang, mandiri dan membimbing menemukan jalan masa depan mereka
8. Innovative dan proaktif dalam menemukan ‘dunia baru’. Membantu mengubah dari cara berfikir yang konvensional (old mental maps) ke paradigma baru yang dinamis. Melaklukan terobosan-terobosan berfikir yang kreatif dan produktif. (‘out-box thinking’). Lebih bersikap atisipatif dalam mengayunkan langkah perubahan, ketimbang sekedar reaktif terhadap kejadian-kejadian. Berupaya sedapat mungkin menggunakan pendekatan ‘win-win’ ketimbang ‘win-lose’.
Adapun karekteristik pemimpin
transformasional menurut Bass dan
Avolio (1994) mempunyai empat dimensi.
1. Dimensi idealized influence
(pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku
pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus
mempercayainya.
2. Dimensi inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini,
pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu
mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan,
mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu
menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan antusiasme dan
optimisme.
3. Dimensi intellectual stimulation
(stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan
ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan
yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari
pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi.
4. Dimensi individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi
ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus
mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir.
C. Strategi tindakan kepemimpinan visioner dan transformasional
Frank Martinelly (2007) menguraikan startegi
bagaimana seharusnya menjadi pemimpin yang visioner. Menurutnya ada 5 langkah
yang semstinya dilakukan :
Strategy 1 – Fokus kepada Tujuan Organisasi
Seluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan ‘godaan’ penyitaan energi dan pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi focus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan.
Strategy 2 – Membuat Rencana Jangka Panjang
Permusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Strategy 3 – Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.
Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi.
Strategy 4 – Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.
Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri mereka untuk siap berubah.
Strategy 5 – Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan
Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan ’customer care’, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.
Strategy 1 – Fokus kepada Tujuan Organisasi
Seluruh tindakan dan pengambilan keputusan harus di arahkan kepada semata-mata upaya pencapaian tujuan final dari organisasi. Hal ini dilakukan guna menghindari segala kecenderungan dan ‘godaan’ penyitaan energi dan pemborosan sumber daya kepada hal-hal kecil dan tidak prinsip yang mungkin timbul. Untuk menjaga agar semua rencana aksi focus kepada tujuan organisasi, memerlukan kekompakkan dan pemeliharaan hubungan antara pimpinan dan seluruh staff/karyawan.
Strategy 2 – Membuat Rencana Jangka Panjang
Permusan jangka panjang akan menuntun kepada langkah yang jelas sampai 5-10 tahun ke depan, siapa-siapa saja yang akan memimpin dan bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan tersebut, kompetensi kepemimpinan yang bagaimana yang diperlukan, lalu bagimana disain pengembangan kepemimpinannya?. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini perlu membentuk semacam komite yang ditugaskan untuk menyiapkan langkah-langkah strategis pencapaian tujuan jangka panjang, yang lingkup tugasnya antara lain: melakukan rekrutmen, seleksi, orientasi, pelatihan, performance assessment dan penetapan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Strategy 3 – Mengembangkan Visi bagi masa depan organisasi.
Kunci perumusan visi adalah menjawab pertanyaan: apabila kita menginginkan dan bermimpi akan seperti dan menjadi apa organisasi kita kelak di kemudian hari?. Begitu rumusan visi telah dibuat, maka seharusnya visi tersebut akan menjadi inspirasi bagi seluruh aktivitas organisasi, baik dalam rapat-rapat, dalam perbincangan, dalam menghadapi segala tantangan dan peluang, dalam arena kerja. Begitu visi telah dirumuskan, maka saat itu pula, visi disampaikan ke seluruh pihak terkait di dalam organisasi, bahkan ke ruang-ruang public di luar organisasi.
Strategy 4 – Selalu berada dalam kondisi siap dan dinamis untuk perubahan.
Selalu siap berubah dengan cepat akan terbantu dengan menyajikan informasi-informasi mutakhir tentang segala perubahan yang terjadi di luar organisasi yang berpotensi berdampak kepada organisasi 3-5 tahun ke depan. Dorong dan fasilitasi anggota orgasnisasi untuk membaca, mendengar dan mencari tahu segala hal yang terkait dengan kejadian-kejadian dan berita yang relevan dengan tuntutan perubahan. Kemudian setelah itu munculkan pertanyaan yang menantang: sejauhmana organisasi mampu secara efektif merespon perubahan dan kecenderungan-kecenderungan tersebut? Bagaimana pula organisasi lain yang sejenis menyiapkan diri mereka menghadapi perubahan-perubahan ini? Pertanyaan-pertanyaan iti seyogyanya akan dapat memicu dan memacu anggota organisasi untuk berfikir dan memposisikan diri mereka untuk siap berubah.
Strategy 5 – Selalu mengetahui perubahan kebutuhan konstituen/pelanggan
Keinginan dan kebutuhan pelanggan seringkali mengalami perubahan. Oleh karena itu, seharusnya organisasi menyediakan informasi-infromasi aktual yang terkait dengan hal ini. Survey kepuasan pelanggan, kontak langsung dengan pelanggan, mengefektifkan layanan ’customer care’, adalah beberapa cara yang dapat dilakukan agar orgnisasi selalu mengetahui harapan dan keinginan pelanggan yang baru. Dengan demikian organisasi akan selalu siap untuk melakukan perubahan dan perbaikan untuk menjaga kepuasan pelanggan.
BAB III
KESIMPULAN
Kepemimpinan sangat berpengaruh dalam
berbagai organisasi, perusahaaan dan
lembaga. Agar pengaruh yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara
optimal. Maka pemimpin harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan
gaya kepemimpinan.
Kepemimpinan visoner dan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumber daya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan serta mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner dan transformasional menjalankan kepemimpinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak. Dengan kemampuan tersebut seorang pemimpin yang visioner dan transformasional akan mampu membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.
Kepemimpinan visoner dan transformasional adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan seluruh sumber daya menjalankan misi agar dapat mendekati visi yang ditetapkan serta mampu mengembangkan intuisi, imajinasi dan kretaifitasnya untuk mengembangkan organisasinya. Dia memiliki kemampuan untuk memimpin menjalankan misi organisasinya melalui serangkaian kebijakan dan tindakan yang progressif menapaki tahapan-tahapan pencapaian tujuannya, adaptif terhadap segala perubaahan dan tantangan yang dihadapi, serta efisien dan efektif dalam pengelolaan segala sumberdaya yang dimilikinya. Pemimpin yang visoner dan transformasional menjalankan kepemimpinannya dengan dukungan penuh dari seluruh staf dan semua pihak yang terkait dengannya, disebabkan kepiawaiannya dalam meyakinkan mereka bahwa apa yang mereka laksanakan akan memberikan yang terbaik buat semua pihak. Dengan kemampuan tersebut seorang pemimpin yang visioner dan transformasional akan mampu membawa organisasinya berkembang dan mampu menghadapi segala tantangan zaman.
REFERENSI
Kartanegara, Diana. (2003).
Strategi Membangun Eksekutif. [Online]. Tersedia: http://www.pln.co.id/fokus/ArtikelTunggal.asp?ArtikelId= 268
pendidikan-umat.blogspot.com/2008/01/kepemimpinan-visioner.html
wawan-satu.blogspot.com
wordpress.com/2008/01/kepemimpinan-visoner.doc
wordpress.com/2008/01/kepemimpinan-visoner.doc